Tuesday, December 1, 2009

Rumah dan Lantai Gaya Art Deco


Gaya art deco pada hunian sangat populer berkat film-film hollywood yang digambarkan dalam tampilan lantai rumah glamor, mewah, dramatis, dan optimistis. Seperti apa bentuknya?

Tampilan
lantai rumah dengan desain art deco terkesan bersih, dengan aliran garis yang ramping terinspirasi dari ilmu pengetahuan mengenai aerodinamik atau pengetahuan tentang keseimbangan gaya udara yang umumnya diadaptasi oleh kapal- kapal laut, gedung bertingkat, atau kereta api. Tampilan dekoratifnya juga terpengaruh oleh seni membuat kubus atau cubism dan dari seni lainnya.

Desain lantai art deco mengandung unsur eklektik, memadukan elemen klasik dengan kontemporer. Memadukan material eksotis dengan benda-benda budaya dari mesir, suku maya atau suku aztec yang berasal dari timur jauh dan afrika. Yang membuat gaya tersebut dapat menyatu adalah penggunaan bentuk-bentuk sederhana, geometris, dan abstrak digabungkan dengan warna?warna kontras untuk menciptakan tampilan yang terlihat simpel, gaya, namun halus.

Desainer interior maya pangestu menyebutkan bahwa permainan warna dibutuhkan untuk desain ala art deco. Desain interior pada era 1920-an dan 1930-an dengan bahan-bahan yang tidak biasa seperti
lantai kayu ebony, besi, batu pualam, atau marmer. Mereka sering memadukan bahan-bahan dengan warna dan corak hitam atau metalik dan abu-abu, agar terlihat kontras dengan warna-warna pastel yang "renyah" dan warna kebiruan.

"warna utama yang terlihat pucat membuat latar belakang ruangan menjadi lebih halus saat dipadukan dengan warna-warna cerah dan aksen yang berkesan teatrikal," ujar maya.
"dinding-dinding diberi warna cream lembut, beige, ivory, dan abu-abu. Sementara untuk detailnya diberi aksen warna krom, biru cobalt, hitam, teal, biru aqua, hijau, kuning koral, oranye, atau merah untuk menciptakan kesan dramatis yang kontras," tambahnya.

Pada zaman dahulu, perlengkapan
desain lantai art deco tidak dibuat secara massal, melainkan dibuat berdasarkan permintaan dengan menggunakan jenis kayu-kayu. Lapisannya yang langka dan mahal, membuat desain tersebut jadi terlihat hanya cocok untuk orang-orang berduit. Sejenis plastik baru seperti bakelite, lucite, dan catalyn yang dibuat secara massal menjadi material favorit pada tahun 1930-an. Material ini menggantikan material terdahulu dan lebih terjangkau bagi kebanyakan orang.

Dulu ada sejenis pernis yang sangat disukai dan dipakai pada setiap permukaan perlengkapan art deco
flooring repair dan wood specialist dan bahkan dipakai di atas permukaan bahan kulit serta tekstil. Bahan-bahan lain yang juga digemari namun sangat jarang adalah kulit ikan hiu, kulit ular, besi tempa, dan baja dengan plat krom. Furnitur yang dipakai pada ruangan art deco biasanya rendah dan agak menyentuh lantai.

Sementara bahan-bahan kain untuk sofa, taplak, atau gorden memiliki kata kunci: mewah dan sensual, seperti sutera, satin, beludru, dan bahan kulit kualitas tinggi.

Bahan-bahan tersebut biasanya dijahit dengan rapi dan berwarna netral untuk menyeimbangkan desain dari warna-warna aksesori lain yang lebih mencolok dengan bantuan
flooring repair dan wood specialist. "pola bahan kain tersebut bisa beragam dari motif mesir seperti scarab (semacam jimat dengan simbol kumbang), sinar matahari dan bunga lotus sampai motif chevron, zigzag, dan motif kulit binatang," kata maya lagi.

Tampilan art deco biasanya agak ramping.
Lantai kayu dengan warna pucat sangatlah sempurna, begitu pula karpet dengan gradasi warna terang dari cream dan taupe.



Http://lifestyle.okezone.com

No comments:

Post a Comment