Tuesday, June 23, 2009

Info Mengenai Adat Perkawinan Batak

Pada dasarnya, Adat Perkawinan Adat Batak, mengandung nilai sakral. Pernikahan Batak Dikatakan sakral karena dalam pemahaman pernikahan Batak, bermaknapengorbanan bagi parboru (pihak penganten perempuan) karena ia "berkorban" memberikan satu nyawa manusia yang hidup yaitu anak perempuannya kepada orang lain pihak paranak (pihak penganten pria), yang menjadi besarnya nanti, sehingga pihak pria juga harus menghargainya dengan mengorbankan /mempersembahkan satu nyawa juga yaitu menyembelih seekor hewan (sapi atau kerbau), yang kemudian menjadi santapan (makanan adat) dalam ulaon unjuk / adat perkawinan itu.

Sebagai bukti bahwa santapan / makanan adat itu adalah hewan yang utuh, pihak pria harus menyerahkan bagian-bagian tertentu hewan itu (kepala, leher, rusuk melingkar, pangkal paha, bagian bokong dengan ekornya masih melekat, hati, jantung dll). Bagian-bagian tersebut disebut tudu-tudu sipanganon (tanda makanan adat) yang menjadi jambar yang nanti dibagi-bagikan kepada para pihak yang berhak, sebagai tanda penghormatan atau legitimasi sesuai fungsi-fungsi (tatanan adat) keberadaan /kehadiran mereka di dalam acara adat tersebut, yang disebut parjuhut.

Sebelum misi /zending datang dan orang Batak masih menganut agama tradisi lama, lembu atau kerbau yang dipotong ini (waktu itu belum ada pinahan lobu) tidak sembarang harus yang terbaik dan dipilih oleh datu. Barangkali ini menggambarkan hewan yang dipersembahkan itu adalah hewan pilihan sebagai tanda / simbol penghargaan atas pengorbanan pihak perempuan tersebut. Cara memotongnya juga tidak sembarangan, harus sekali potong/sekali sayat leher sapi /kerbau dan disaksikan parboru (biasanya borunya) jika pemotongan dilakukan ditempat paranak (ditaruhon jual). Kalau pemotongan ditempat parboru (dialap jual) ,paranak sendiri yang menggiring lembu / kerbau itu hidup-hidup ketempat parboru. Daging hewan inilah yang menjadi makanan pokok "parjuhut" dalam acara adat perkawinan (unjuk itu). Baik acara adat diadakan di tempat paranak atau parboru, makanan / juhut itu tetap paranak yang membawa /mempersembahkan.


Mungkin sekarang sudah banyak
paket pernikahan Batak. Namun kalau makanan tanpa namargoar bukan makanan adat tetapi makanan rambingan biar bagaimanpun enak dan banyaknya jenis makananannya itu. Sebaliknya "namargoar / tudu- tudu sipanagnaon" tanpa "juhutnya" bukan namrgoar tetapi "namargoar rambingan" yang dibeli dari pasar. Kalau hal ini terjadi di tempat paranak bermakna "paranak" telah melecehkan parboru, dan kalau ditempat parboru (dialap jula) parboru sendiri yang melecehkan dirinya sendiri. Dari pengamatan hal seperti ini sudah terjadi dua kali di Batam, yang menunjukkan betapa tidak dipahami nilai luhur adat itu. Anggapan acara adat Batak rumit dan bertele-tele adalah keliru, sepanjang ia diselenggarakan sesuai pemahamn dan nilai luhur adat itu sendiri. Ia menjadi rumit dan bertele-tele karena diselenggarakan sesuai pamahaman atau seleranya.


www.indowebster.web.id

Temukan informasi lainnya mengenai
Pernikahan Batak ~ Paket Pernikahan Batak ~ Paket Pernikahan ~ Foto Pernikahan hanya di 88db.com

No comments:

Post a Comment