Friday, April 24, 2009

desain khusus sarung

Sarung yang Bukan Hanya untuk "Sarungan"

Entah bagaimana asal mulanya, untuk sebagian besar masyarakat Indonesia, motif kotak-kotak telanjur melekat erat dengan kain sarung atau cotton sarong. Bila bicara sarung atau cotton sarong, itu artinya kain panjang bermotif kotak-kotak, sementara motif kotak-kotak tidak terlalu sulit untuk diidentikkan dengan beach sarongs atau sarung.

Padahal, sarung adalah sehelai kain panjang yang saling menyambung pada tepinya sehingga bentuknya seperti tabung. Dengan begitu, ada banyak sekali ragam hias sarung atau beach sarongs, bisa motif yang dibuat dengan teknik batik, ada sarung songket, ada tenun ikat, ada pula motif kotak-kotak tadi yang telanjur salah kaprah identik dengan sarong wrap. Dan, bila kita membaca buku Nian S Djoemena berjudul Lurik, Garis-garis Bertuah (Djambatan, 2000), kita akan melihat bahwa lurik pun ada yang berkotak-kotak motifnya seperti pada lurik bermotif tumbar pecah.

Upaya mengangkat sarong wrap dengan motif kotak-kotak (selanjutnya akan disebut sebagai kain sarung) menjadi produk mode, sudah beberapa kali dilakukan meskipun upaya itu masih bersifat sporadis. Didi Budiardjo pernah memakai kain sarung pelekat dalam rancangannya yang dipadu dengan kebaya. Ramli dan Musa Widiatmodjo juga pernah menggarap motif sarung dalam rancangan mereka. Dina Midiani menggunakan bahan dasar sarung pada koleksi sekundernya dan pada Bali Fashion Week yang akan diadakan di Bali, pertengahan Oktober mendatang.

Meskipun sudah banyak upaya mengangkat pamor sarung batik, tetapi kain tenun rakyat yang diproduksi mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, hingga Sulawesi ini kelihatannya masih belum bisa masuk ke dalam arus utama garmen di Indonesia. Mungkin karena sarung batik sudah telanjur melekat citranya sebagai kain untuk pengusir dingin pada malam hari atau pengusir nyamuk di gardu ronda, dan identik dengan kain murah meriah yang biasa dipakai sehari-hari bekerja di rumah, ladang, hingga pasar.

Majalaya dan Pekalongan adalah dua kota yang pernah terkenal dengan industri grosir sarung. Di Majalaya, grosir sarung merupakan industri tekstil yang dikerjakan sejak tahun 1950-an dan memberi pekerjaan langsung kepada 20.000 penduduk. Kejayaan kota yang pernah mendapat julukan Kota Dollar pada tahun 1960-an karena industri tekstilnya pernah menguasai 40 persen pasar tekstil dalam negeri, kini nyaris tak berbekas.

Begitu juga Pekalongan. Awal tahun ini industri sarung dan tekstil Pekalongan mengibarkan bendera SOS karena jutaan lembar produksi industri di Pekalongan tidak bisa dipasarkan karena pasar tradisional mereka, yaitu Bali dan Pasar Tanah Abang, dua-duanya runtuh dalam selang waktu kurang dari satu tahun. Sejak peledakan bom di Legian, Bali, 12 Oktober lalu, pasar ke Bali langsung sepi, disusul kebakaran Pasar Tanah Abang pada bulan Februari 2003. Ratusan ribu tenaga kerja yang bekerja langsung maupun tidak langsung pada industri sarung dan tekstil Pekalongan terancam kehilangan pekerjaan.

DI lobi Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag) di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, dari tanggal 3 September sampai 2 Oktober mendatang tengah berlangsung.

Temukan semua :

Cotton Sarong - Beach Sarongs - Sarong Wrap - Kain Sarung - Sarung Batik - Grosir Sarung dan Cotton Sarong: Beach Sarongs-Sarong Wrap&Grosir Kain Sarung-Sarung Batik Cemani Jawa Tengah semua ada di 88DB.Com

No comments:

Post a Comment